Selasa, 13 November 2012

Paragraf Mengenai Generalisasi, anologis dan Sebab-Akibat



Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili

Contoh paragraf generalisasi :

Teori akuntansi berisi keseluruuhan analisis dan komponennya yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala atau peristiwa dalam akuntansi. Seperangkat konsep, devinisi dan proposisi yang saling berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Seperangkatt hipotesis yang berrsifat deskriptif  sebagai hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Dengan demikian, status teori akuntansi akan menjadi sains setara sengan pengertian teori dalam astronomi, ekonomika, fisika, biologi, dsb.

            Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.

Contoh paragraf analogi :

Menghitung laporan keuangan memang benar-benar harus fokus dan teliti, jika tidak kemungkinan besar mendapatkan hasil yg tidak balance. Sama halnya dengan membuat masakan dengan resep baru, apabila tidak pas dalam memilih bahan dan bumbu pasti akan gagal. Maka harus mengulang dari awal lagi. Jadi fokuslah dalam mengerjakan sesuatu hal yang sedang kamu kerjakan jika ingin mendapatkan hasil yg kamu inginkan.
            Paragraf hubungan sebab akibat (hubungan kausal) adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.

Contoh paragraf sebab akibat :
Ada mahasiswa yang salah dalam memilih jurusan dalam kuliahnya karena ikut-ikutan teman  atau asal dalam memilih jurusan. Akibatnya membuat dia tidak menggerti dan harus belajar dari awal lagi dalam perkuliahan di jurusan tersebut.

Kamis, 01 November 2012

PENGGABUNGAN USAHA

 
Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau pengembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.
Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.
Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun 1999 :”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”

Sifat Penggabungan Usaha
•    Horizontal integration
Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama, misalnya perusahaan consumer product bergabung dengan perusahaan consumer product juga.
•    Vertical integration
Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara berturut-turut, tahapan produksi dan atau distribusi yang sama, misalnya Merck & Co salah satu produsen obat terbesar, mengakuisisi Medco Containment Services, Inc, distributor obat-obatan dokter. Penggabungan usaha secara integrasi vertikal ini diharapkan dapat mengurangi biaya pengiriman obat-obatan ke pasar
•    Conglomeration
Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan melakan diversifikasi untuk mengurangi risiko yang ada pada lini usaha tertentu, atau untuk mengimbangi perubahan penghasilan, seperti kegunaan akuisisi pada perusahaan manufaktur.

Alasan-Alasan Penggabungan Usaha 
Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha diperluas melalui penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-fasilitas baru? Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai alat perluasan adalah:
•    Manfaat Biaya (Cost Adventage).
Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui pengembangan. Hal ini benar, terutama pada periode inflasi.
•    Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.
•    Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays).
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya.
•    Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers).
Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara mereka. Karena perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambilalih, beberapa di antara mereka memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan dengan rasio hutang-terhadap ekuitas yang tinggi biasanya bukan merupakan calon pengambilalih yang menarik. Dalam industri perbankan, contohnya, bank-bank yang independent mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk memperluas pangsa pasar (market share) dan berkembang menjadi bank regional. Bank menggunakan penggabungan sebagai suatu cara untuk mencegah pengambilalihan oleh bank asing.
•    Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud.

Bentuk Penggabungan Usaha
Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut :
1)    Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai berikut :
•    Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut.
•    Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi.
•    Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering).
2) Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :
•    Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya.
•    Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru
•    Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan lain tntuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya.

Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha 
1.    Metode Penyatuan Kepemilikan (by pooling of interest method)
Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.
Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan.
Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated).
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest
a)    Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat diadakan penggabungan
b)     Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung
c)    Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung
d)    Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan yang bergabung.
2.    Metode Pembelian ((by purchase method))
Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.
Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.
Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase
•    Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai wajarnya
•    Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan).
•    Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.

Alasan perusahaan melakukan diversifikasi produk:
Alasan perusahaan melakukan diversifikasi produk:
Tidak hanya perusahaan yang sudah dewasa, perusahaan yang ingin mencapai tahap dewasapun melakukan diversifikasi produk, diversifikasi produk sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan, karena diversifikasi sangat membantu,dengan tidak bergantung kepada satu produk/barang saja, apabila salah satu produk/barang menurun dalam pasaran/tidak laku, perusahaan tersebut akan menjual produk lainnya yang sedang in sekarangn ini. Dan seharusnya perusahaan melakukan diversifikasi dengan berbagai macam barang dan tidak mempunya jenis/kegunaan yang hampir sama, kareana apabila perusahaan melakukan diversifikasi dengan dua produk/barang dan mempunyai fungsi yang hampir sama ketika perusahaan mengalami penurunan perusahaan tersebut bisa menglami kebangkrutan,
Tujuan Investasi Jangka Panjang
Suatu perusahaan melakukan investasi jangka panjang tentunya didasarkan pada tujuan tertentu yang kemungkinan berbeda dengan perusahaan lain. Dalam uraian di depan telah disebutkan bahwa salah satu tujuan investasi adalah untuk mencari keuntungan. Secara umum tujuan investasi memang mencari untung, tetapi bagi perusahaan tertentu kemungkinan ada tujuan utama yang lain selain untuk mencari untung. Dari tulisan para ahli, diperoleh informasi bahwa pada umumnya tujuan investasi adalah sebagai berikut:
a)    Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya. 
b)    Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan ekspansi, kepentingan sosial.
c)    Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut.
d)    Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang dihasilkan.
e)     Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis.
f)    Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI METODE EKUITAS (EQUITY METHOD)


                                               LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
METODE EKUITAS (EQUITY METHOD)


Metode Pencatatan Investasi Saham
1. Metode Ekuitas (Equity Method)
2. Metode Biaya (Cost Method)

Metode Ekuitas
Akuntansi metode ekuitas berdasarkan PSAK No. 4 pada dasarnya adalah akuntansi akrual untuk investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan investor menggunakan pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan investi. Berdasarkan metode ekuitas, investasi dicatat pada biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan, kerugian dan deviden. Perusahaan investor melaporkan bagian miliknya yang menjadi keuntungan perusahaan investi sebagai pendapatan investasi dan bagian bebannya dari kerugian perusahaan investi sebagai kerugian investasi. Rekening investasi ditambah dengan pendapatan investasi dan dikurangi dengan kerugian investasi. Dividen yang diterima dari perusahaan investi adalah disinvestasi berdasarkan metode ekuitas, dan dividen tersebut dicatat sebagai pengurang rekening investasi. Maka pendapatan investasi pada metode ekuitas merefleksikan bagian investor atas laba bersih perusahaan investi, dan rekening investasi merefleksikan bagian investor atas aktiva bersih investi.

Metode Biaya
Berdasarkan metode biaya, investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya, dan dividen dari laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen. Ada suatu pengecualian, dividen yang diterima melebihi bagian laba investor setelah saham diperoleh, dianggap sebagai pengembalian modal (atau likuidasi dividen) dan dicatat sebagai pengurang terhadap rekening investasi.

Pencatatan dengan Metode Ekuitas
1. Laba perusahaan anak
            Investasi saham perusahaan anak        xxx
                        Laba-rugi                                             xxx
            (% kepemilikan x laba perusahaan anak)

2. Rugi perusahaan anak
            Laba-rugi                                             xxx
                        Investasi saham perusahaan anak        xxx
            (% kepemilikan x rugi perusahaan anak)

3. Dividen perusahaan anak
            Piutang dividen/kas                            xxx
                        Investasi saham perusahaan anak        xxx
            (% kepemilikan x dividen perusahaan anak)


Pencatatan dengan Metode Biaya
1. Laba perusahaan anak
            Tidak dijurnal

2. Rugi perusahaan anak
            Tidak dijurnal

3. Dividen perusahaan anak
            Piutang dividen/kas                            xxx     
                        Pendapatan dividen                            xxx
            (% kepemilikan x dividen perusahaan anak)



Metode Ekuitas
Satu perusahaan anak dalam beberapa periode
Berikut adalah neraca PT. A dan PT. B per 31 Desember 2001 (sesaat setelah penguasaan 75% saham beredar PT. B oleh PT. A), 2002 dan 2003 (dalam ribuan) :

Rekening

2001
2002
2003

PT.A
PT. B
PT. A
PT. B
PT. A
PT. B
Investasi pd PT.B
140
-
155
-
147,5
-
Aktiva
300
250
345
280
382,5
260

Total Aktiva

440
250
500
280
530
260
Utang
180
90
170
100
160
90
Modal Saham
200
100
200
100
200
100
Agio Saham
20
10
20
10
20
10
Laba ditahan
40
50
110
70
150
60

Total Utang & Modal

440
250
500
280
530
260

Transaksi yang berhubungan dengan investasi saham adalah sebagai berikut :
1. Tanggal 05/12/2002 PT.B mengumumkan dividen kas Rp. 30.000
2. Tanggal 20/12/2002 PT.B membayar dividen kas
3. Tanggal 31/12/2002 PT.B melaporkan laba tahun 2002 Rp. 50.000
4. Tanggal 31/12/2003 PT.B melaporkan rugi tahun 2003 Rp. 10.000
    Selisih Lebih antara HP-NB diakui sebagai goodwill (amortisasi 20 tahun)

Selisih HP-NB

2001    HP                                           Rp. 140.000
            NB      75% x (250-90)           Rp. 120.000
                                    Goodwill         Rp.   20.000

2002    HP                                           Rp. 155.000
            NB      75% x (280-100)         Rp. 135.000
                                    Goodwill         Rp.   20.000

            Amortisasi Goodwill   = 1 Th x Rp. 20.000/20 thn)
                                                = Rp. 1.000
            NB Goodwill              = Rp. 20.000 – Rp. 1.000
                                                = Rp. 19.000

2003    HP                                           Rp. 147.500
            NB      75% x (260-90)           Rp. 127.500
                                    Goodwill         Rp.   20.000

Amortisasi Goodwill   = 2 Th x Rp. 20.000/20 thn)
                                                = Rp. 2.000
            NB Goodwill              = Rp. 20.000 – Rp. 2.000
                                                = Rp. 18.000


Jurnal
05/12/2002      Piutang Dividen                      Rp. 22.500
                                    Investasi Saham PT. B                        Rp. 22.500
                        (75% x dividen PT. B Rp. 30.000)

20/12/2002      Kas                                          Rp. 22.500
                                    Piutang dividen                                   Rp. 22.500
                        (75% x dividen PT. B Rp. 30.000)

31/12/2002      Investasi Saham PT. B            Rp. 37.500
                                    Laba Rugi                                           Rp. 37.500
                        (75% x laba PT. B Rp. 50.000)

31/12/2003      Laba rugi                                 Rp.   7.500
                                    Investasi Saham PT. B                        Rp.   7.500
                        (75% x rugi PT. B Rp. 10.000)

 
Perubahan Investasi Saham pada PT. B
Investasi per 31/12/2001                                 Rp. 144.000
                        Dividen          (Rp. 22.500)
                        Laba                Rp. 37.500
                                                                        Rp.   15.000
Investasi per 31/12/2002                                 Rp. 155.000
                        Rugi                                        Rp.     7.500
Investasi per 31/12/2003                                 Rp. 147.500






PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2001
Rekening
PT.A
PT.B
Eliminasi
NK



D
K
D
K
Investasi pd  PT.B
140


140


Goodwill


20

20

Aktiva
300
250


550

Total Aktiva
440
250




Utang
180
90



270
PT.A Modal Saham
200




200
          Agio Saham
20




20
          Laba Ditahan
40




40







PT.B






Modal Saham

100




    Eliminasi 75%


75



     Minority Int 25%





25
Agio Saham

10




    Eliminasi 75%


7,5



    Minority Int 25%





2,5
Agio Saham

50




    Eliminasi 75%


37,5



    Minority Int 25%





12,5
Total Utang & Modal
440
250
140
140
570
570


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Aktiva

550.000
Utang

270.000
Goodwill

20.000
Modal :





Minority (PT.B):





   Modal Saham
25.000




   Agio Saham
2.500




   Laba ditahan
12.500






40.000



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
200.000




   Agio Saham
20.000




   Laba ditahan
40.000






260.000

Total Aktiva


570.000

Total Utang&Modal


570.000



PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2002
Rekening
PT.A
PT.B
Eliminasi
NK



D
K
D
K
Investasi pd  PT.B
155


155


Goodwill


20
1
19

Aktiva
345
280


625

Total Aktiva
500
280




Utang
170
100



270
PT.A Modal Saham
200




200
          Agio Saham
20




20
          Laba Ditahan
110

1


109







PT.B






Modal Saham

100




    Eliminasi 75%


75



     Minority Int 25%





25
Agio Saham

10




    Eliminasi 75%


7,5



    Minority Int 25%





2,5
Agio Saham

70




    Eliminasi 75%


52,5



    Minority Int 25%





17,5
Total Utang & Modal
500
280
156
156
644
644


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2002
Aktiva

625.000
Utang

270.000
Goodwill

19.000
Modal :





Minority (PT.B):





   Modal Saham
25.000




   Agio Saham
2.500




   Laba ditahan
17.500






45.000



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
200.000




   Agio Saham
20.000




   Laba ditahan
109.000






329.000

Total Aktiva


644.000

Total Utang&Modal


644.000



PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Worksheet Konsolidasi
31 Desember 2003
Rekening
PT.A
PT.B
Eliminasi
NK



D
K
D
K
Investasi pd  PT.B
147,5


147,5


Goodwill


20
2
18

Aktiva
382,5
260


642,5

Total Aktiva
530
260




Utang
160
90



250
PT.A Modal Saham
200




200
          Agio Saham
20




20
          Laba Ditahan
150

2


148







PT.B






Modal Saham

100




    Eliminasi 75%


75



     Minority Int 25%





25
Agio Saham

10




    Eliminasi 75%


7,5



    Minority Int 25%





2,5
Agio Saham

60




    Eliminasi 75%


45



    Minority Int 25%





15
Total Utang & Modal
530
260
149,5
149,5
660,5
660,5


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2003
Aktiva

642.500
Utang

250.000
Goodwill

18.000
Modal :





Minority (PT.B):





   Modal Saham
25.000




   Agio Saham
2.500




   Laba ditahan
15.000






42.500



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
200.000




   Agio Saham
20.000




   Laba ditahan
148.000






368.000

Total Aktiva


660.500

Total Utang&Modal


660.500



Dua Perusahaan Anak dalam Satu Periode

Pada tahun 2000 PT. A membeli secara tunai saham beredar dua perusahaan sbb :
Tanggal 30/06/2000 membeli 2.250 saham PT. B                   Rp. 267.500
Tanggal 30/09/2000 membeli 3.200 saham PT. C                   Rp. 328.000

Neraca PT. A, PT. B dan PT. C per 31 Desember 2001 adalah sebagai berikut :

Rekening

PT.A
PT.B
PT.C
Kas
100.000
30.000
80.000
Piutang Wesel
150.000
50.000
100.000
Piutang Sewa
20.000
5.000
-
Piutang Dividen (PT.C)
40.000
-
-
Peralatan
150.000
400.000
100.000
Gedung
200.000
-
300.000
Akumulasi Depresiasi
(350.000)
(300.000)
(200.000)
Investasi pd PT. B
215.000
-
-
Investasi pd PT. C
380.000
-
-
Aktiva Lain-lain
745.000
325.000
550.000
Total Aktiva
1.650.000
510.000
930.000
Utang Wesel
200.000
90.000
-
Utang Sewa
-
-
10.000
Utang Dividen
80.000
-
50.000
Utang Lain-lain
220.000
160.000
370.000
Modal Saham @ Rp. 100
700.000
300.000
400.000
Laba ditahan
450.000
(40.000)
100.000

Total Utang & Modal

1.650.000
510.000
930.000

Dalam piutang wesel PT.C dan utang wesel PT.B tersebut termasuk Rp. 30.000 utang piutang antara PT.B dan PT.C.  Dalam piutang sewa PT.A dan utang wesel PT.C tersebut termasuk Rp. 10.000 utang piutang antara PT.A dan PT.C.


PT.A

PT.B
PT.C
Modal Saham (@ Rp. 100)
700.000
300.000
400.000
LYD 31/12/1999
140.000
60.000
(40.000)
Dividen kas 2000, diumumkan 20/12/2000 dibyr 10/1/2001

80.000


50.000
Laba rugi 2000
190.500
(60.000)
100.000
Dividen kas 2001, diumumkan 20/12/2001 dibyr 10/1/2002

80.000


50.000
Laba rugi 2001
200.000
(40.000)
140.000

Perlakuan Selisih HP-NB :
1.      Selisih HP-NB saham PT.B Rp. 10.000 untuk penyesuaian peralatan (UE 5 tahun) sisanya diakui sebagai goodwill (UE 10 tahun).
2.      Selisih HP-NB saham PT.C  untuk penyesuaian nilai gedung (UE 5 tahun).


Kepemilikan oleh PT.A
Saham PT.B
Jumlah lembar saham              = Rp. 300.000/ Rp. 100
                                                = 3.000 lembar
Prosentase kepemilikan           = 2.250/3.000 lembar
                                                = 75%

Saham PT.C
Jumlah lembar saham              = Rp. 400.000/ Rp. 100
                                                = 4.000 lembar
Prosentase kepemilikan           = 3.200/4.000 lembar
                                                = 80%

 

Selisih HP-NB saham PT.B

Saat perolehan
HP                                                                                           Rp. 267.500
NB      MS                  = 75% x Rp. 300.000              Rp. 225.000
            LYD 1999       = 75% x Rp.   60.000              Rp.   45.000
            Rugi 2000       = 75% x 6/12 x (Rp. 60.000) (Rp.  22.500)
                                                                                                Rp. 247.500
                                                Selisih lebih                             Rp.   20.000
                                                Kenaikan peralatan                 Rp.   10.000
                                                Goodwill                                 Rp.   10.000

Per 31/12/2001
HP                                                                                           Rp. 215.000
NB      MS                  = 75% x Rp. 300.000              Rp. 225.000
            LYD 2001       = 75% x (Rp.  40.000)                       (Rp.   30.000)
                                                                                                Rp. 195.000
                                                Selisih lebih                             Rp.   20.000
                                                Kenaikan peralatan                 Rp.   10.000
                                                Goodwill                                 Rp.   10.000

Selisih HP-NB saham PT.C

Saat perolehan
HP                                                                                           Rp. 328.000
NB      MS                  = 80% x Rp. 400.000              Rp. 225.000
            LYD 1999       = 80% x (Rp. 40.000)            (Rp.   32.000)
            Laba 2000       = 80% x 9/12 x Rp. 100.000   Rp.   60.000
                                                                                                Rp. 348.000
                                                Penurunan nilai gedung         (Rp.   20.000)
 
Per 31/12/2001
HP                                                                                           Rp. 380.000
NB      MS                  = 80% x Rp. 400.000              Rp. 320.000
            LYD 2001       = 80% x Rp. 100.000              Rp.   80.000
                                                                                                Rp. 400.000
                                                Penurunan nilai gedung         (Rp.   20.000)
 
Jurnal
30/06/2000
Investasi saham PT. B
267.500


     Kas

267.500
30/09/2000
Investasi saham PT. C
328.000


     Kas

328.000
20/12/2000
Piutang Dividen
40.000


     Investasi saham PT. C

40.000
31/12/2000
Laba Rugi
22.500


     Investasi saham PT. B

22.500

Investasi saham PT. C
20.000


     Laba Rugi

20.000
10/01/2001
Kas
40.000


     Piutang Dividen

40.000
20/12/2001
Piutang Dividen
40.000


     Investasi saham PT. C

40.000
31/12/2001
Laba Rugi
30.000


     Investasi saham PT. B

30.000

Investasi saham PT. B
112.000


     Laba Rugi

112.000


Perubahan Investasi PT.B, PT.C dan LYD PT.A

Investasi PT.B

Investasi PT.C
LYD PT.A
Saldo 31/12/1999


140.000
Perolehan 30/06/2000
267.500


Perolehan 30/09/2000

328.000

Dividen Kas 20/12/2000



PT. C

(40.000)

PT.A


(80.000)
Laba Rugi 2000



PT.A


190.500
PT.B
(22.500)

(22.500)
PT.C

20.000
20.000
Dividen Kas 20/12/2001



PT. C

(40.000)

PT.A


(80.000)
Laba Rugi 2001



PT.A


200.000
PT.B
(30.000)

(30.000)
PT.C

112.000
112.000
Saldo per 31/12/2001
215.000
380.000
450.000


PT. A dan Perusahaan Anak PT. B dan PT.C
Neraca Konsolidasi
31 Desember 2001
Kas

210.000
Utang Wesel

260.000
Piutang Wesel

270.000
Utang Dividen

90.000
Piutang Sewa

15.000
Utang Lain-lain

750.000
Peralatan

660.000



Gedung

480.000
Modal :


Akumulasi Depresiasi

(848.000)
Minority (PT.B):


Goodwill

8.500
   Modal Saham
75.000

Aktiva Lain-lain

1.620.000
   Laba ditahan
(10.000)






65.000



Minority (PT.C):





   Modal Saham
80.000




   Laba ditahan
20.000






100.000



Mayority (PT.A):





   Modal Saham
700.000




   Laba ditahan
450.500






1.150.500

 

Total Aktiva



2.415.500

Total Utang&Modal



2.415.500